Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban Desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan, merupakan salah satu air terjun terindah dan tertinggi di Kuansing. Kawasan ini dapat ditempuh melalui jalan darat kemudian dilanjutkan dengan menggunakan boat selama sekitar 15 menit ke daerah hulu sungai. Bagi wisatawan yang menyukai kegiatan cros country atau wisata alam, objek wisata ini merupakan tempat yang cocok untuk kegiatan itu.
Dari pasar Lubuk Jambi menuju Desa Lubuk Ambacang dengan waktu tempuh kendaraan sekitar 20 menit perjalanan dengan kondisi jalan aspal. Bisa juga masuk dari Desa Jake, simpang pos polisi ke Desa Serosah, Mudiak Ulo hingga ke Desa Koto Kombu melalui jalan tanah dengan waktu tempuh kendaraan sekitar 40 menit.
Menjelang ke Desa Lubuk Ambacang, dari Koto Kombu kita melewati jembatan beton yang membentang di atas Sungai Kuantan. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan boat bermuatan antara 15 hingga 25 orang yang dapat ditemui di bawah sekitar jembatan atau pun di Pasar Lubuk Ambacang dengan harga sewa Rp150 ribu.
Dari sini kita akan menyusuri sungai ke bagian hulu dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Selama perjalanan itu kita dapat menikmati hujaunya pepohonan di antara bukit dengan kemiringan antara 45 derajat hingga 70 derajat. Semakin ke hulu lebar sungai semakin mengecil dan debitnya pun semakin deras.
Tak jauh dari jembatan, kita akan melewati Pulau Tempurung. Air di sini melengkung seperti tempurung. Dari kejauhan air yang mengalir nampak tenang, namun jika dilewati arusnya cukup deras, terutama saat Sungai Kuantan lagi surut. Boat harus berjalan pelan-pelan di pinggir tebing dan di antara bebatuan. Tapi jika air dalam, arus yang dihasilkan tidak terlalu kencang, boat dapat melaju di tengah sungai.
Tanpa terasa kita pun sampai ke lokasi, boat-pun ditambat di dermaga yang dibangun Pemkab beberapa tahun lalu dengan jembatan kayu membentang di atas sungai kecil aliran air terjun tujuh tingkat itu.
Menjelang ke Desa Lubuk Ambacang, dari Koto Kombu kita melewati jembatan beton yang membentang di atas Sungai Kuantan. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan boat bermuatan antara 15 hingga 25 orang yang dapat ditemui di bawah sekitar jembatan atau pun di Pasar Lubuk Ambacang dengan harga sewa Rp150 ribu.
Dari sini kita akan menyusuri sungai ke bagian hulu dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Selama perjalanan itu kita dapat menikmati hujaunya pepohonan di antara bukit dengan kemiringan antara 45 derajat hingga 70 derajat. Semakin ke hulu lebar sungai semakin mengecil dan debitnya pun semakin deras.
Tak jauh dari jembatan, kita akan melewati Pulau Tempurung. Air di sini melengkung seperti tempurung. Dari kejauhan air yang mengalir nampak tenang, namun jika dilewati arusnya cukup deras, terutama saat Sungai Kuantan lagi surut. Boat harus berjalan pelan-pelan di pinggir tebing dan di antara bebatuan. Tapi jika air dalam, arus yang dihasilkan tidak terlalu kencang, boat dapat melaju di tengah sungai.
Tanpa terasa kita pun sampai ke lokasi, boat-pun ditambat di dermaga yang dibangun Pemkab beberapa tahun lalu dengan jembatan kayu membentang di atas sungai kecil aliran air terjun tujuh tingkat itu.
Dari dermaga ini kita sudah dapat melihat air terjun pertama yang gemuruh airnya jelas terdengar dari muara sungai. Dari air terjun pertama hingga air terjun keempat, pengunjung dapat melewatinya dengan menyusuri tebing-tebing terjal melalui tangga beton di antara pohon-pohon yang masih asri. Meskipun saat itu hari menjelang siang, namun rindangnya pepohonan dan semilir angin air terjun, membuat suhu di sekitar kita terasa sejuk dan nyaman berlama-lama.
Adalah Bambang Wahyu Jatmiko, produser dan pimpinan Mara Studio yang saat itu bersama dua rekannya, Rudi, dan Anto berkunjung dalam rangka pengambilan gambar untuk latar belakang video klip dan pembelajaran rarak godang Kuantan Singingi, yang ditaja LSM Tanjak Rantau, bergumam, ‘’Masya Allah, memang besar karunia Tuhan, semoga saja kawasan ini tetap terpelihara dan keindahannya dapat terus dinikmati masyarakat,’’ sebut Bambang.
Harapan Bambang bukannya tanpa alasan. Maraknya aktivitas illegal logging dewasa ini, telah menghancurkan setiap sendi hutan-hutan alam. Tak peduli itu hutan lindung, misalnya yang terjadi di kawasan hutan lindung Bukit Betabuh, tempat lokasi air terjun guruh gemurai. Yang tersisa hanyalah hutan di kawasan air terjun, selebihnya musnah dibabat dan ditanami karet.
Dengan sigap mereka pun mengambil gambar dengan berbagai posisi. Kamera mereka arahkan ke setiap lekuk-lekuk air terjun yang jatuh menghempas air di bawahnya. Setelah puas menikmati dan mengambil gambar air terjun tingkat pertama dan keempat dengan ketinggian yang berbeda, antara 5-15 meter, perjalanan itu pun dilanjutkan.
Adalah Bambang Wahyu Jatmiko, produser dan pimpinan Mara Studio yang saat itu bersama dua rekannya, Rudi, dan Anto berkunjung dalam rangka pengambilan gambar untuk latar belakang video klip dan pembelajaran rarak godang Kuantan Singingi, yang ditaja LSM Tanjak Rantau, bergumam, ‘’Masya Allah, memang besar karunia Tuhan, semoga saja kawasan ini tetap terpelihara dan keindahannya dapat terus dinikmati masyarakat,’’ sebut Bambang.
Harapan Bambang bukannya tanpa alasan. Maraknya aktivitas illegal logging dewasa ini, telah menghancurkan setiap sendi hutan-hutan alam. Tak peduli itu hutan lindung, misalnya yang terjadi di kawasan hutan lindung Bukit Betabuh, tempat lokasi air terjun guruh gemurai. Yang tersisa hanyalah hutan di kawasan air terjun, selebihnya musnah dibabat dan ditanami karet.
Dengan sigap mereka pun mengambil gambar dengan berbagai posisi. Kamera mereka arahkan ke setiap lekuk-lekuk air terjun yang jatuh menghempas air di bawahnya. Setelah puas menikmati dan mengambil gambar air terjun tingkat pertama dan keempat dengan ketinggian yang berbeda, antara 5-15 meter, perjalanan itu pun dilanjutkan.
Di sinilah petualangan itu dimulai, ketika kita melewati tingkat keempat hingga tingkat ketujuh. Setiap pengunjung harus berjalan di antara tebing-tebing yang kemiringannya antara 45 hingga 85 derajat. Bagi pecinta alam, tantangan seperti ini merupakan medan yang mengasyikkan guna membangkitkan adrenalin.
Pendakian melewati tebing dan bergantungan di antara akar-akar pohon, cukup menguras energi. Jarak antara air terjun berkisar antara 50-100 meter. Meski menempuh medan yang cukup berat, namun ini tidak akan membuat pengunjung bosan. Karena setiap air terjun memiliki karakteristik dan keindahan yang berbeda.
Setelah melewati air terjun keenam, tak berapa jauh dijumpailah the best- nya air terjun, dengan ketinggian mencapai 30 meter lebih. Yang sungguh menakjubkan, di kolam air terjun ini tergambar dua lapis pelangi, hasil bias cahaya matahari dari percikan air terjun yang menghasilkan hembusan angin kencang.
Kami hanya sampai di kolam air terjun yang ketujuh. Beratnya beban, serta memperkecil risiko --sebab sebelumnya beberapa di antara kami terpeleset dan terjepit di antara batu-batu besar
sehingga menyebabkan kaki memar-memar, seperti yang dialami Anto, kru Mara Studio yang harus tertatih-tatih berjalan akibat memar kaki yang dideritanya-- kami hanya menikmati keindahan itu dari bawah.
Ini tentu berbeda dengan petualangan Riau Pos pada 1995 lalu. Saat itu Riau Pos sampai ke puncak paling tinggi. Namun itu semua tentu harus dibayar mahal, dengan perjuangan yang cukup melelahkan, mendaki di antara bebatuan terjal. Silap sedikit bakal jatuh puluhan meter ke bawah. Dari atas ketinggian itu, bila kita melihat ke bawah, di kolam air terjun yang ketujuh itu membentang pelangi abadi dengan bentuk melingkar.
Pendakian melewati tebing dan bergantungan di antara akar-akar pohon, cukup menguras energi. Jarak antara air terjun berkisar antara 50-100 meter. Meski menempuh medan yang cukup berat, namun ini tidak akan membuat pengunjung bosan. Karena setiap air terjun memiliki karakteristik dan keindahan yang berbeda.
Setelah melewati air terjun keenam, tak berapa jauh dijumpailah the best- nya air terjun, dengan ketinggian mencapai 30 meter lebih. Yang sungguh menakjubkan, di kolam air terjun ini tergambar dua lapis pelangi, hasil bias cahaya matahari dari percikan air terjun yang menghasilkan hembusan angin kencang.
Kami hanya sampai di kolam air terjun yang ketujuh. Beratnya beban, serta memperkecil risiko --sebab sebelumnya beberapa di antara kami terpeleset dan terjepit di antara batu-batu besar
sehingga menyebabkan kaki memar-memar, seperti yang dialami Anto, kru Mara Studio yang harus tertatih-tatih berjalan akibat memar kaki yang dideritanya-- kami hanya menikmati keindahan itu dari bawah.
Ini tentu berbeda dengan petualangan Riau Pos pada 1995 lalu. Saat itu Riau Pos sampai ke puncak paling tinggi. Namun itu semua tentu harus dibayar mahal, dengan perjuangan yang cukup melelahkan, mendaki di antara bebatuan terjal. Silap sedikit bakal jatuh puluhan meter ke bawah. Dari atas ketinggian itu, bila kita melihat ke bawah, di kolam air terjun yang ketujuh itu membentang pelangi abadi dengan bentuk melingkar.
sumber: sungaikuantan.com.ada-pelangi-abadi-di-air-terjun.
lihat juga Air Terjun Guruh Gemurai yang masih berada dalam kabupaten yang sama.
0 komentar:
Posting Komentar